Oleh : Muhammad Rasyid
Editor : Rifdah Aurora
Photo by Tim Gouw on Unsplash
Pada era digitalisasi saat ini, segala aktivitas menjadi semakin mudah. Lihat saja pada proses pembelajaran atau kegiatan berbelanja kita sehari-hari. Dengan hanya bermodalkan gadget di tangan, beragam jenis informasi dapat dengan mudah dicari, termasuk dalam bidang kesehatan. Banyak artikel atau laman website menyediakan tes kesehatan daring tersebar di dunia maya sehingga sebagian masyarakat lebih memilih memanfaatkan media tersebut untuk menganalisis kesehatannya sendiri. Kebiasaan ini disebut diagnosis diri atau self-diagnose.
Self-diagnose dapat diartikan sebagai suatu proses ketika seseorang berusaha mengamati keadaan dirinya sendiri yang meliputi gejala-gejala penyakit fisik ataupun gangguan mental, tanpa berbekal pengetahuan yang memadai serta bantuan dari pihak medis. Self-diagnose sekarang lebih banyak dilakukan secara daring dengan sumber informasi yang berasal dari internet sehingga sering dikatakan Online Self-diagnose (Robertson et al., 2014).
Self-diagnose biasa terjadi melalui berbagai media misalnya search engine (Google, Yahoo, Bing dan sebagainya); situs khusus kesehatan, seperti WebMD; diskusi Internet; ataupun sosial media (Ahmed & Samuel, 2017). Namun bukannya meningkatkan self-awareness terhadap kesehatan diri, kegiatan self-diagnose kadang disalah artikan sebagai tren di sebagian kalangan yang mana menganggap bahwa dirinya menderita gangguan mental. Hal tersebut dapat dilihat pada berbagai platform media sosial di mana seseorang dapat dengan mudah menuliskan bahwa dirinya mengidap gangguan mental padahal belum tentu mengalaminya. Self-diagnose cenderung dilakukan hanya berdasarkan pengalaman pribadi atau lingkungan sekitar serta dipengaruhi emosi dari pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, self-diagnose bagi masyarakat awam seharusnya dihindari karena sangat mungkin menyebabkan misdiagnosis terhadap kondisi diri (Putra, 2019).
Perlu diketahui bahwa dalam mendiagnosis suatu penyakit fisik atau gangguan mental diperlukan berbagai tahapan serta analisis yang mendalam dari para ahli. Selain itu, juga terdapat faktor yang patut diperhitungkan seperti faktor lingkungan, riwayat kesehatan, dan beragam tes atau uji penunjang. Apabila seseorang melakukan kegiatan self-diagnose hanya berdasarkan pengalaman pribadi dan dengan pengetahuan yang minim, sangat mungkin terjadi kesalahan dikarenakan sebagian proses yang mungkin terlewat. Terlebih jika informasi yang didapat berasal dari sumber yang tidak valid. Mendiagnosis suatu penyakit tidak bisa hanya dari satu atau dua gejala dikarenakan terdapat banyak penyakit yang memiliki gejala sama (Thatcher, 2021).
Seseorang mungkin merasakan bahwa dirinya mengalami depresi berat, gangguan tidur, serta perubahan mood secara tiba-tiba. Ketika melakukan diagnosis diri akan banyak informasi yang didapat dan belum tentu terbukti kebenaranya. Terkadang, seseorang akan mendiagnosis dirinya mengalami lebih dari satu penyakit. Padahal mungkin orang tersebut hanya mengalami suatu penyakit dengan beberapa gejala tertentu. Hal ini jika dibiarkan akan berakibat buruk, terutama jika sampai terjadi kekeliruan dalam proses pengobatan yang harus dilakukan. Bisa saja seseorang akan mengonsumsi obat-obatan atau melakukan treatment yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, sedangkan untuk penyakit yang sebenarnya diderita malah terabaikan. Dalam aspek psikologis, diagnosis sendiri juga dapat mengganggu ketenangan jiwa, bisa dibayangkan apabila kita banyak mengkhawatirkan penyakit yang sebenarnya tidak diderita. Rasa cemas berlebih akan mempengaruhi aktivitas sehari-hari yang juga dapat memperburuk kesehatan fisik kita (Vibriyanti, 2020).
Lantas apakah kegiatan self-diagnose akan selalu berdampak buruk untuk dilakukan? Jawabannya, tergantung dari pribadi kita sendiri. Mencari informasi mengenai gejala suatu penyakit dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan kesehatan diri. Bersikap kritis dan lebih selektif dalam menerima informasi, serta tak lupa berkonsultasi pada dokter atau psikolog untuk menganalisis kesehatan diri merupakan hal yang bermanfaat bila dilakukan. Artinya, sangat penting untuk menaruh perhatian pada kesehatan fisik dan mental kita, namun selalu tenang dan berpikir kritis juga perlu dikedepankan. Setelah mendapat informasi yang cukup akurat dari media yang terpercaya, segeralah berkonsultasi dan tanyakan langkah yang paling tepat untuk dilakukan agar tidak tersesat di jalan. Dengan demikian, kualitas hidup kita dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik (Thatcher, 2021).