Oleh: Syafana Rachmatia Editor: Avifa Khairunisa
Photo by Kelly Lacy from Pexels
Apakah kamu pernah mendengar istilah Juvenile delinquency? Dalam bahasa Indonesia, istilah tersebut disebut sebagai kenakalan remaja, yaitu semua perilaku menyimpang dari suatu norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut tak lain akan merugikan diri mereka sendiri dan juga orang-orang di sekitar mereka.
Masalah kenakalan remaja ini mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile count) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Hingga kini, para ahli telah mendefinisikan beberapa pengertian kenakalan remaja.
Menurut Kartono, juvenile delinquency atau kenakalan remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Sebagai dampaknya, para remaja mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Sedangkan, Santrock mendefinisikan juvenile delinquency sebagai suatu kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terbentuk tindakan kriminal.
Apa Saja Penyebab Kenakalan pada Remaja?
Menurut Sumara, (dalam Sumara, D., Humaedi, S., Santoso, Meilany B., 2017), ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan remaja. Beberapa faktor tersebut dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya Tindakan kriminalitas pada remaja adalah sebagai berikut:
- Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
- Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Ditambah dengan faktor eksternal seperti lingkungan sekitar, fondasi kontrol diri yang lemah akan mudah menyeret remaja tersebut kepada perilaku yang menyimpang.
Selain itu, kita juga tidak dapat membantah bahwa faktor eksternal memegang peran penting dalam perkembangan pribadi remaja. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kenakalan remaja diantaranya adalah sebagai berikut:
- Adanya kurang perhatian dari para orang tua: Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Keadaan lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menjadi dorongan besar timbulnya kenakalan remaja. Contohnya, kondisi keluarga yang broken-home, rumah tangga yang berantakan yang disebabkan oleh kematian sang ayah atau ibu, keluarga yang diliputi konflik keras, serta ekonomi keluarga yang kurang. Semua itu merupakan sumber yang kuat untuk memunculkan delinkuensi pada remaja. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang baik atau lekat dengan anaknya sedari dini.
- Minimnya pemahaman tentang keagamaan: Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya. Karena, anak di usia dini belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, mereka juga belum mengerti batas-batas ketentuan moral di dalam lingkungannya. Maka dari itu, penanaman moral sedari kecil sangat penting dan berpengaruh terhadap identitas seorang anak. Dengan menanamkan moral agama yang kuat sejak kecil, fondasi kontrol diri pada anak akan tetap kokoh dan tidak mudah tergoda untuk terjerumus dalam kenakalan remaja.
- Pengaruh dari lingkungan sekitar: Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Seperti misalnya pengaruh budaya barat, pergaulan-pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba, hingga akhirnya justru terjerumus ke dalamnya. Dapat disimpulkan, lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi karakter dan watak seorang remaja.
- Tempat Pendidikan: Tidak kalah penting, sekolah memiliki tanggung jawab atas kenakalan dan dekadensi moral yang terjadi di negara ini. Maka dari itu, penting sekali bagi sekolah untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada para murid-muridnya.
Jadi, Bagaimana Cara Mencegah Juvenile Delinquency?
Menurut Sumara, (dalam Sumara, D., Humaedi, S., Santoso, Meilany B., 2017) ada beberapa langkah untuk mencegah serta menangani kenakalan pada remaja, yaitu:
- Mengenali dan mencari tahu ciri umum dan khas remaja
- Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja
- Menguatkan sikap mental remaja agar mereka mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya
- Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan saja melainkan Pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket
- Memperkuat motivasi untuk bertingkah laku untuk menciptakan sebuah hubungan sosial yang baik
- Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dengan memberikan hukuman terhadap setiap pelanggaran agar mereka mendapatkan efek ‘jera’
- Tindakan kuratif dan rehabilitasi. Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya telah dilaksanakan, namun masih belum maksimal dalam mengubah tingkah laku remaja sehingga diberikan pendidikan lagi
Sumber:
Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).